Nasi Goreng Emak

Sebagai pembuka. Ada salam rindu untuk ibu yang jauh, dari seorang anak yang tengah mengenyam lara di pertigaan benua.


Kata bapak, dua hari yang lalu emak sempat pulang lantaran ingin memasakkan nasi goreng kesukaannya. Aku terdiam memikirkan emak yang tak sempat menyapa diriku. Padahal siapapun akan merasa aneh, bahwa sesungguhnya aku sedang duduk termenung di dalam kamar. Memikirkan hasil penjualan hari ini yang tidak mengalami peningkatan, berbeda dari kemarin. Aku tidak kecewa, karena rezeki siapapun telah diatur sedemikian baiknya oleh Sang Pencipta. Salah satu tugasku juga untuk bias lebih berusaha, berdoa dan tawakal kepada-Nya. Bagaimanapun, aku tetap harus memikirkan hal ini, karena ada tulang punggung yang bekerja di tokoku untuk menghidupi keluarganya.

Lupakan itu semua terlebih dahulu. Mari kembali fokus pada permasalahan utama, ini mengenai nasi goreng yang begitu dirindukan oleh bapak. Aku kembali berjalan pelan, tak ingin mengganggu bapak yang sedang duduk di teras depan dengan secangkir kopi dan pisang goreng kesukannya. Sajian biasanya, sama seperti yang selalu emak buatkan. 

"Pak?" Panggilku pelan. Bapak menoleh lalu tersenyum. Menyuruhku untuk duduk di dekatnya.

"Nduk...Biasanya pagi seperti ini emakmu selalu membuatkan nasi goreng kesukaan bapak." Bapak memandang ke depan dengan senyumannya. Aku terdiam, lantaran tidak tahu harus menjawab seperti apa.

"Emakmu itu nggak bisa masak yang enak. Masakan lainnya itu ya biasa-biasa saja, tetapi ada satu masakan yang selalu membuat bapak jatuh cinta." Bapak tersenyum, menoleh sebentar ke arahku.

"Nasi gorengnya yang pedas dan bumbunya yang selalu digoreng dengan sedikit garing." Bapak tertawa, sambil tangannya mengambil pisang goreng yang sudah terlihat dingin.

"Bapak rindu emak?" Aku segera menepuk mulutku, ketika pertanyaan itu terlontar begitu saja.

Bodohnya aku, bisa-bisanya bertanya seperti itu. Namun ketika aku melihat bapak, beliau malah tertawa jenaka.

"Nggak." Aku mengernyit bingung.

"Pasalnya, terkadang rindu itu bisa menyakiti hati kecil kita. Maka salah satu agar kebahagiaan bisa kita raih adalah dengan mengikhlaskannya. Berat memang, tetapi lebih baik daripada harus terus-menerus merenungkan keadaan, sedangkan kita tidak mau mengubahnya lebih baik lagi." Aku mengerjap, agak sedikit linglung dengan ucapan bapak yang begitu tinggi.

"Bapak mau aku buatkan nasi goreng?" Lantas bapak tertawa dan mengusak rambutku dengan pelan.

"Jangan khawatir dengan bapak. Emakmu itu pasti tidak suka, jika melihat anaknya terlalu banyak pikiran. Lagipula, emakmu itu sudah berjanji untuk datang lagi dan membuatkan bapak nasi goreng." Aku hanya mampu menghela napas berat, tidak bisa berkata-kata lagi.

"Aku ke kamar dulu, Pak." Bapak mengangguk.

Sebelum benar-benar pergi, aku kembali melihat bapak yang kembali termenung. Sudah lama, namun tetap tidak ada perkembangan.

Setelah masuk ke kamar, aku menarik laci di samping tempat tidur. Mengambil sebuah foto yang selalu membuatku ingin menangis.

"Mak, aku harus bagaimana?" Benar. Itu adalah foto emak yang tengah tersenyum dengan cantiknya.

Pasti kalian bertanya, kemana emakku selama cerita ini berlangsung. Mengapa bapak begitu merindukannya? Mengapa bapak selalu menyebut bahwa ia merindukan nasi goreng buatan emak?


Jawabannya hanya satu.

Apakah kalian percaya bahwa emakku sebenarnya............... telah meninggal?


Benar.


Emak telah berpulang kepada pangkuan Illahi. Diusianya yang menginjak 45 tahun. Tepatnya 4 bulan yang lalu.


Tanpa sakit dan tidak ada tanda apapun.

Saat itu, seperti biasa emak akan menyiapkan sarapan untuk bapak. Kesukaannya yaitu nasi goreng. Kebetulan aku tengah menginap di rumah teman untuk membahas proyek terbaru mengenai design baju yang akan launching sebentar lagi

Tetapi siapa sangka, Sang Pencipta mengambilnya secara tidak terduga.

Dan semenjak 4 bulan ini, bapak akan menganggap bahwa emak selalu mengunjunginya setiap hari jum'at, meskipun pada kenyataannya itu hanya delusi semata.

Aku tidak ingin menuntut banyak hal.

Karena sekarang fokusku hanya satu, yaitu berusaha menyadarkan kepada bapak bahwa itu hanya imajinasi semata. Lagipula, sebenarnya bapak sadar namun ia pura-pura untuk buta akan hal tersebut.

Bapak mecintai emak. Sangat.






End




Terimakasih sudah membaca cerita sederhana ini.


Bacalah ketika kamu mengerti dan sampaikan ketika kamu tidak mengerti.

Btw, cerita ini hanyalah sebuah imajinasi yang dihasilkan dari sebuah kegabutan semata. Haha







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di antara Doa

Perempuan yang Kesepian

Bunga di Keranda