Bayang-Bayang


↞↠

Seperti biasa, rapat harian bersama teman-teman satu organisasi berakhir pada pukul 11.30 WIB, terlalu malam untuk diriku sebagai perempuan. Namun bagaimana mau dikata, jika rapat itu bisa memakan waktu yang panjang.


"Kamu nggak apa-apa pulang sendirian?" Aldo, teman sekelas menatap diriku khawatir.


"Nggak apa, santai aja. Aku sudah terbiasa pulang jam segini dan sendirian."


Mengambil jam kuliah malam, membuat diriku jelas harus terbiasa dengan perjalanan malam. Ketika kelas selesai pukul 21.30 WIB, aku tidak masalah namun karena teman satu organisasi mengadakan rapat, maka aku harus mengikutinya. Tidak masalah karena itu untuk menambah pengalaman serta wawasan.


Aku segera berjalan ke arah parkiran gedung fakultas yang terletak cukup jauh. Dan konon katanya, pohon beringin yang terletak tidak jauh dari parkiran adalah tempat ter-angker yang pernah ada. Namun aku tidak peduli, karena jelas nyatanya 'mereka' selalu ada untuk mengintai di sekitar kita.


Perjalanan ke parkiran yang biasanya memakan waktu 5 menit, entah kenapa terasa sangat membosankan dan hampir memakan waktu 10 menit, seperti ada magnet yang membuat langkahku terasa berat.


Aku tidak tahu, ke mana perginya teman-teman yang lain karena semenjak aku keluar dari gedung fakultas, aku tidak melihat mereka untuk menuju parkiran. Apa mereka tidak ingin cepat-cepat pulang? Bahkan Aldo yang baru saja bertanya kepadaku, tiba-tiba tidak menampakkan dirinya.


"Apa sih!" Aku tiba-tiba berseru, ketika tidak sengaja bayangan itu berseliweran di samping kiri tubuhku.


Bagiku tidak masalah, jika mereka berusaha untuk menampakkan diri. Namun cobalah untuk tidak membuat manusia terkejut. Haha... sungguh aneh bukan diriku.


Sesampainya di parkiran, aku terdiam. Bukan... bukan mereka yang menampakkan diri, namun ketika kendaraan yang berada di parkiran hanya tersisa motorku saja. Aku mengernyit bingung, ketika memikirkan bahwa teman-temanku yang lain sudah pulang. Kapan? Bahkan aku merasa bahwa  diriku yang keluar duluan.


"Aneh." Gumamku di sela-sela keterbingungan ini. Namun bayangan itu kembali lagi dan ketika aku berusaha untuk melihatnya tetapi ternyata tidak ada.


"Vi!" Aku berseru, ketika seorang teman sekelas baru saja keluar dari salah-satu koridor di dekat parkiran. Namnya Vi, ia terus berjalan tanpa repot-repot menoleh ke arahku. dia bahkan menunduk, tak berani menatap ke depan.


Aku yang penasaran, jelas langsung mengerjarnya. Dia menoleh ke arahku dengan ketakutan dan tanpa mau mendengar panggilanku, ia langsung berlari.


"Vi, tunggu!" Dia menggelengkan kepala ketakutan dan itu tentu saja membuat diriku kebingungan. Namun tak sampai di situ, aku mempercepat langkah dan menarik pergelangan tangannya.


"Aaaaaa!!" Vi menjerit ketika menatap wajahku. Dia mencoba untuk melepaskan peganganku dan langsung terduduk di tanah.


"Jangan! Jangan!" Aku menyamai tingginya dan mencoba untuk menenangkan Vi yang masih terlihat ketakutan. Apa dia melihat sesuatu?


Aku mencoba untuk melihat sekitar, namun terlihat kosong. Gelapnya malam jelas menjadi pertanda bahwa kesepian itu benar adanya. Parkiran kosong dan halaman kampus yang terlihat remang, tidak ada penghuni lainnya yang terlihat, hanya ada diriku dan Vi yang entah kenapa tiba-tiba muncul dari koridor yang tidak jauh dari parkiran dan aku memanggilnya namun tiba-tiba dia menjerit ketakutan.


"Di sana, dia di sana." Gumamnya lagi. Aku mengikuti arah tunjuk yang VI berikan. Koridor dekat parkiran itu lagi, namun aku tidak melihat siapapun.


"Nggak ada siapa-siapa, Vi." Vi menggelengkan kepala, telunjuknya tetap menunjuk ke arah belakangku.


"Ayo, pulang!" Kali ini dia menurut namun wajahnya tetap menunduk. Tidak ingin melihat ke arah depan.


Aku menghela napas lalu mengambil motor sejenak.


"Biar aku anterin kamu pulang. Jangan naik bis sendirian."


Vi menggelengkan kepalanya. Aku tentu bingung, mengapa dia sangat aneh sekali.


"Nggak mau. Aku pulang sendirian aja. Dia ada di sini." Setelah menatap wajahku sejenak, Vi langsung berlari tanpa mau berkata apapun. Dia memang salah satu temanku yang berbeda, sifatnya yang pendiam membuat orang lain sungkan untuk berteman dengannya.


Tanpa berpikir panjang, aku segera pulang. Perjanan ke rumah tidak memakan banyak waktu. Dan sebagai seorang perantauan, tentu aku menikmati kesendirian di kost ini.


Ketika sampai di depan gerbang, anjing penjaga milik ibu kostku menggonggong.


"Keylin, husst!" Anjing itu tetap menggonggong. Biasanya, meskipun aku pulang malam dia akan tetap tenang. Karena kami sudah sering bertemu selama hampir satu tahun ini, kecuali jika ada tamu baru maka dia akan bereaksi berlebihan.


Tamu baru?


Aku menengok ke belakang namun tidak ada siapapun. Hanya kesepian yang terlihat.


"Jangan ganggu." Entah kenapa aku hanya ingin mengatakan hal tersebut. Mencoba untuk tenang, meskipun sedari tadi aku merasakan hal yang tidak wajar.


Sesampainya di depan kamar, aku langsung mengunci pintu. Kantuk terasa hilang dan aku memutuskan untuk mandi malam. Hawa panas membuat tubuh tidak nyaman, meskipun aku tahu bahwa mandi di tengah malam itu tidak baik.


Aku berusaha untuk tidak menggubris dia yang sepertinya masih berada di sekitar. Aku tahu dia di sana, tetapi lebih baik memilih bungkam.


Selesai mandi, aku langsung merebahkan tubuh di kasur. Mencoba memejamkan mata.


Namun, sejenak dari keheningan itu ada yang kembali mengusik.





Krieet!







Pintu lemariku yang memang rusak dan tidak terkunci rapat, terlihat bergerak dengan pelan. Aku mencoba untuk tenang dan berpikir positif bahwa itu terkena angin malam.


Semakin malam, aku semakin tidak bisa tidur. Mata ini seperti siap untuk terjaga. Susahnya tertidur membuatku semakin merasakan keheningan yang mencekam di tengah malam. Aku memang sedikit sulit tidur ketika lampu kamar masih menyala. Ingin aku matikan, namun ada yang sedikit mengganjal.









Krieet!









Lagi, pintu lemari bergerak sendiri. Aku mencoba tidak peduli dan berusaha untuk menyamankan diri.








Bugh!










Aku sedikit terkejut ketika buku dari atas meja terjatuh ke lantai. Aku berusaha mengabaikan hal tersebut, karena esok hari masih bisa dibereskan. Lagipula jika memang 'dia' ada di sekitarku, sungguh aku ingin memarahinya karena mengusik ketenangan seseorang yang sedang ingin beristirahat.


Lima menit berlalu, mataku yang terpejam masih enggan untuk diajak ke alam mimpi. Dan panasnya malam, jelas-jelas semakin menusuk kulitku.


Aku berusaha membuka mata dan ketika terbuka, ada bayang-bayang yang terbang di sekitarku.


Aku mengedipkan mata sebentar dan bayang-bayang itu semakin dekat. Jantungku entah kenapa ikut berlomba, entah karena merasa ketakutan atau ada sugesti di dalam kepalaku.



"Wahhhh!!" Aku sedikit terkejut, ketika dia menampakkan diri. Wajahnya tidak terlalu jelas, karena aku langsung menutup mata. Dia hadir tiba-tiba dan aku tidak suka dibuat terkejut.


Beberapa menit mencoba menutup mata, aku berusaha untuk membukanya. Dia sudah hilang dan aku menengok ke kiri dan kanan. Tidak ada!





Aku mengelus dada sambil ber-istighfar.




Namun tidak lama kemudian, yang membuatku tertegun adalah bahwa bayang-bayang itu tengah tersenyum ke arahku dari balik kaca di dekat pintu kamar mandi.











END




Terimakasih sudah membaca cerita ini :)

Nb: Cerita ini di re-share dari IG @zeezii23 (Akun Pribadi) dengan sedikit re-make. Dan untuk cerita di akun IG sudah dihapus.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di antara Doa

Perempuan yang Kesepian

Bunga di Keranda